langkah perdana, penanda mula
jejak tapak menjadi ada
menapaki batu harap
menjejaki tumpuan gegap
menumpuk rasa suka
mencerai amarah luka
sehasta, selangkah
maka kini,
dasa hasta, dasa langkah
ekahasta
kota hujan penuh gelegar
menghajar dan mengajar
beri arti dalam gemetar
biar nanti tak jadi gentar
dwihasta
membebat luka lama
oleh tabib yang sama
tapi tak tahan lama
trihasta
menerima panji
memberi janji
dalam visi kita bermisi
untuk berbagi arti
caturhasta
genap masa tapa
empat hasta mengasah logika
pancahasta
mengurai masa menanti
menerima janji, mencari bukti
berbaris dalam antri
menanti berarti bagi negeri
sathasta
menggubah lagu baru
bejudul 'ragu-rindu'
terkadang merdu-parau
kerap pula sengau-lesu
bukan karna beribu galau
hanya karna rancu kalbu
saptahasta
menggenggam bangku sabda
tempat menopang, menyebar makna
menabur harap bagi mereka
yang kehilangan warta suka
astahasta
tak henti bermimpi lagi
menanti yang abadi
biar bertabur duri,
pada dini hari
tetap berani meniti hari
navahasta
semimpi, tak selasar
searah, pisah titian
segandeng, lain gendang
sepikir, beda nalar
sehati, tak senyali
karna sehati, rendah hati
dasahasta
tahun kan menguji bulan
bulan bersanding purnama
purnama yang telah lelap
akan bersua malam yang lenyap
bulan pun bersalin minggu
minggu menanyakan hari,
bagaimana dia menjalani jam-jam takdir
jam tepekur,
menatap menit menelan detik,
yang penuh dengan detak...
[sedekade di kota ini]
Selasa, 29 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar